Jumat, 18 Desember 2009

Ego Berhubungan

Cinta itu ibarat tanaman. Ia butuh upaya dan atensi perawatan supaya aman dari hama. Dan ini bukan pekerjaan sepele ataupun kerja perorangan, melainkan kerja sama yang konsisten oleh Anda dan suami.


Jangan pernah bermimpi hubungan Anda dengan suami akan mulus sampai akhir hayat seperti ditulis dalam cerita-cerita dongeng. Bahkan pasangan yang kuat dan tahan uji pun terkadang masih menemui jalan buntu, seakan bahagia dan nikmatnya cinta begitu terjal dan berduri. Tidak jarang terdengar kasus perselingkuhan di sekitar kita. Apakah manusia sekarang sudah begitu rentan terhadap godaan atau justru penyebabnya ada dalam diri kita sendiri?
Jay Lappin, terapis perkawinan di New Jersey, AS, condong mengacu ke faktor terakhir, diri kita sendiri. Katanya, ”Kita kerap lupa bahwa cinta pun bisa layu. Karena sudah menikah, kita pikir posisi kita aman. Ini salah. Kita perlu berusaha supaya hubungan tetap hidup, tetap menggairahkan, dan jauh dari kebosanan.” Dengan memuji atau menggoda suami, salah satu bentuk usaha termaksud akan meyakinkan suami bahwa Anda masih tertarik kepadanya. Dengan demikian, hubungan seks pun akan lebih menyenangkan, jelas Lappin.
Menggoda suami dengan sesekali memanggilnya, ”Hai ganteng!” atau memujinya, ”Kamu seksi deh” adalah sesuatu yang bagus dicoba. Ada baiknya juga Anda keluar dari rutinitas, cari variasi dadakan yang mengejutkan. Apakah makan malam berdua saja, atau mungkin pikiran Anda meloncat ke hubungan seks? Ya, hal satu ini sering jadi pangkal ”perang dingin” suami-istri. Kaum istri kerap tidak sadar bahwa gairah suami bisa langsung padam jika istrinya kelihatan dingin atau tak acuh.
Jaga Kesantunan
Hidup di tengah masyarakat tentu ada aturan mainnya. Misalnya mulut tidak boleh berkecap-kecap ketika sedang makan, atau meminta maaf kalau melakukan kekeliruan. Selalu ada etiket dan norma bertingkah laku yang harus diindahkan. Ke mana perginya semua kesantunan itu ketika sudah menikah? Michele Weiner-Davis, psikoterapis di Illinois, AS, melihat gejala itu sebagai sesuatu yang wajar. Etiket memang cenderung luntur karena suami-istri merasa sudah melebur dan bisa menerima keadaan masing-masing. Tetapi hal ini bukan berarti boleh membuang jauh etiket hidup bersama. Suami/istri kita prinsipnya adalah juga orang lain yang bisa tersinggung!
Waktu untuk Sendiri
Saat awal menjalin cinta, Anda tentu ingat betapa suka citanya bila Anda berdua punya beberapa kesamaan meskipun hanya hal sepele. Misalnya sama-sama penggemar daging kambing. Tetapi, kesukacitaan semacam ini bisa lenyap karena merasa sudah lama saling mengenal. Hal seperti ini umum terjadi.
Marilyn Kropnick, psikiater dari Kalifornia, AS, mengatakan, minat-hobi-bakat bisa menumbuhkan gairah untuk mencari pengalaman baru. Suami-istri yang kebetulan senang berkebun bisa menjadi lebih intim karena hobi mereka ini. Tetapi, setiap kali hanya berkutat di satu bidang itu saja, pasti membosankan. Ada bagusnya bila berpencar menyalurkan minat-hobi-bakat masing-masing.
Bugarkan Tubuh
Badan yang sehat adalah hal penting untuk mengawetkan hubungan. Kedengarannya seperti klise, tetapi olahraga itu vital. Kalau kebetulan suami tidak berminat latihan fisik, biar saja. Lama-lama dia pasti tak enak hati melihat Anda giat olahraga. Dia akan mengikuti jejak Anda.
Manfaat lain dari rajin olahraga adalah pikiran akan menjadi positif. Segala masalah yang muncul bukan lagi seperti ultimatum, melainkan lebih sebagai cermin dan guru yang baik. Coba bayangkan, betapa jatah cuti setahun sekali hanya bisa Anda lewati dengan tiduran karena kaki Anda terkilir. Bayangkan sisi lain, senangnya rekreasi bersama suami yang sengaja mengambil cuti berbarengan dengan Anda. Tampak di sini bahwa tidak hanya diri sendiri yang terkena dampak kesakitan/kegembiraan itu, tetapi merembet juga ke suami atau keluarga di rumah.
Tentu Anda atau suami tak perlu menjadi juara olahraga. Yang penting ada aktivitas yang membuat tubuh berkeringat, misalnya lari pagi, jalan cepat, berenang, angkat beban.
Saling Memperhatikan
Perhatian atau atensi amatlah berarti. Bila suatu malam dia pulang membawa martabak kesukaan Anda, jangan mau kalah. Beri dia atensi manis lainnya, seperti membelikan kaus kaki, memasakkan sup atau menggosokkan minyak angin waktu dia sakit.
Anda juga bisa menanyakan perasaan dan pikirannya tentang masalah di kantornya. Setelah itu baru libatkan ia pada urusan Anda dan keluarga. Jangan sampai dia tidak tahu sejak seminggu lalu Iyem telah berhenti kerja, umpamanya, atau adik Anda menginap sejak dua hari lalu di rumah Anda.
Bertengkar dengan Adil
Betapa senangnya kalau perjalanan cinta Anda selalu mulus dan tak pernah bertengkar. ”Tetapi, adakah sukses yang turun dari langit begitu saja? Pasangan yang paling bahagia pun pernah bertengkar,” kata Lori Gordon, Direktur program Practical Application of Intimate Relationship Skills. Anda mungkin sudah berusaha menahan kekesalan, tetapi masih juga ada yang lolos. Tahu-tahu Anda berubah jadi judes, ketus, atau merajuk. Sebaiknya mau marah, ya marah, tetapi tetap dalam kadar yang wajar. Unek-unek akan keluar, dada Anda akan terasa enteng. Setiap masalah bisa diatasi bersama bila Anda mau bicara. Ingatlah hal-hal berikut.
Jangan Subjektif
Kemukakan pendapat pribadi tanpa menyinggung atau menjatuhkan harga diri dan egonya. Tandaskan bahwa yang Anda kesalkan adalah tindakannya saja. Dia tetap istimewa bagi Anda.
Jangan Menang Sendiri
Setiap ada persoalan, Anda membabi buta ingin menang sendiri. Percayalah, tak ada untungnya. Lupakan ide menjadi ”juara argumentasi” sebab memang tidak ada pialanya.
Bersikap Tulus
Mlengos, mrengut, atau melotot, punya banyak arti. Sinyal serupa ini hanya memperkeruh suasana dan bisa memperpanjang pertengkaran. Bila Anda butuh penjelasan, mintalah dia bicara. Tak perlu dibumbui mimik angker itu.
Perkuat Ego Masing-masing
Di mata orang, Anda mungkin kelihatan normal saja. Tetapi sebenarnya Anda bingung sendiri dalam mengenali dan mengerti sifat Anda. Suami pun punya problem serupa. Di sini pentingnya kehadiran orang lain dalam hidup kita. Yaitu saling menjadi ”cermin” koreksi. Kalau Anda sedang ”membaca” dia, sampaikan pujian Anda. Misalnya, ”Kamu tambah keren memakai hem cokelat itu!” Memuji dapat menguatkan ego dan menumbuhkan rasa percaya diri.
Bagaimana kalau yang dibutuhkannya adalah kritikan, bukan pujian? Gordon punya rumus yang disebutnya three-in-one, yaitu sekali mengritik, beri dua pujian. Misalnya suami tambah gemuk, katakan, ”Kamu kelihatan agak gemuk. Tapi tetap lucu dan baik hati.” Pastikan bahwa suami punya lebih banyak plus daripada minusnya.